Kurva Species Area (Luas Minimum)
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
e-mail: sofialrahmah@gmail.com
Abstrak
Praktikum yang
berjudul “Kurva spesies area (luas minimum)” ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Syiah Kuala pada tanggal 12 November 2015. Tujuan
dilakukan praktikum ini ialah untuk menentukan luas petak minimum yang dapat
mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis. Mula-mula lahan yang ada
ditentukan luasnya per habitus yang akan diamati dengan menggunakan tali rafia
dan diukur dengan meteran yang disebut plot. Selanjutnya dihitung jumlah
spesies yang ada disetiap plot.
Kata Kunci: Kurva, luas minimum, plot.
Abstract
Keywords:
PENDAHULUAN
Hutan
rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun
hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan tanaman
kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50% (Puspitojati, 2011: 214).
Istilah
“hutan rakyat” tidak disebutkan di dalam UU No. 41/1999 tentang Kehutanan,
tetapi istilah ini identik dengan hutan hak (istilah dalam UU tersebut), yaitu
hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Keputusan Menteri
Kehutanan No. 49/Kpts-II/1997 menyebutkan lebih rinci bahwa hutan rakyat adalah
hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau hak lainnya,
dengan luas minimum 0,25 ha serta penutupan tajuk tanaman kayu lebih dari 50%
atau jumlah pohon minimum 500 batang/ha (Soendjoto, 2008: 142).
Dengan tujuan memberikan informasi mengenai
kondisi vegetasi yang meliputi keanekaragaman, struktur, dan komposisinya. Informasi
ini penting sebagai bahan evaluasi pengelola hutan untuk bisa mempertahankan
dan bahkan memperbaiki komposisi jenis tumbuhan selayaknya sebagai vegetasi hutan
alami. Penelitian dilakukan di dua blok hutan ini dengan metoda petak sampling secara
bertingkat. Hasil penelitian diperoleh luas contoh petak minimum dalah (40x40m)baik
diblok Waode maupun blok Pengkoak terbilang kurang baik dengan tippe struktur
berbentuk huruf U (Hiidayat, 2014: 97).
Daerah Tingkat II Aceh Tengah merupakan salah
satu daerah penghasil kopi yang cukup potensial dalam wilayah Daerah Istimewa
Aceh. Jumlah luas areal dan produksi kopi di daerah ini terus meningkat dari
tahun ke tahun dengan pertumbuhan masing-masing 17,70 persen dan 10,93 persen
per tahun (Indra, 2012: 1).
Perluasan areal
panen pada dasarnya dapat ditempuh melalui perluasan areal sawah baru dan
peningkatan indeks pertanaman. Akan tetapi perluasan areal sawah baru
terkendala oleh potensi lahan yang sangat terbatas. Demikian pula perluasan
areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman dihadapkan pada keterbatasan
jaringan irigasi dan debit air (Nazam, 2011: 116).
Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh pada
tanggal 06
November 2016.
Alat dan Bahan
Alat
praktikum yang digunakan adalah polybag /ember, plastik berisi tanah, beacker glass, mistar, gelas ukur,
gelas piala, mortal, blender, corong penyaring, mangkuk penggerus,kertas
saring, pisau/gunting, timbangan dan oven
Bahan
praktikum yang digunakan adalah jagung (Zea mays),
ekstrak dari rumput obor (Typha
angustifolia) dan
aquades.
Prosedur
1. Ditanam benih tanaman dalm pot/polybag.
Dibiarkan sampai tumbuh, kemudian masing-masing pot ditinggalkan hanya satu
tanaman yang berumur satu minggu.
2. Dibuat ekstrak akar alang-alang , daun Eupathorium sp, daun akasia, dan daun mimba dengan prosedur sbb:
a. Dipotong dan haluskan bagian tumbuhan
dengan penggerus
b. Direndam bagian tumbuhan yang telah
dihaluskan dalam air aquadest selama 24 jam. Perbandingan antara berat (gram)
bagian tumbuhan dengan air masing-masing 1/3 mililiter.
c. Setelah 24 jam rendaman bagian tumbuhan
yang telah dihaluskan tersebut disaring
menggunakan kertas saring. Larutan ini digunakan sebagai larutan biang.
3. Diencerkan larutan biang tersebut dengan
air aquadest sehingga menjadi larutan yang dikehendaki dalam perlakuan percobaan,
yaitu sbb:
P1 : Larutan biang
P2 : Larutan konsentrasi 5% dari larutan biang
P3 : Larutan konsentrasi 10% dari larutan biang
P4 : Larutan konsentrasi 15% dari larutan biang
P5 : Larutan konsentrasi 20% dari larutan biang
P6 : Larutan konsentrasi 25% dari larutan biang
Po : Kontrol, tanpa larutan biang
Setiap
perlakuan dengan ulangan tiga kali.
4. Disiram tanaman dengan air secukuonya
setiap hari, kemudian selang satu hari penyiraman dilakukan dengan larutan
perlakuan sebanyak 50cc (mililiter).
5. Diamati setiap hari pertumbuhan tanaman
(tinggi, batang, jumlah cabang, jumlah daun, ukuran daun, bentuk daun,
pertulangan daun, dan pertumbuhan batang). Pengamatan dilakukan selama 6
mibggu, kemudian diamati tinggi batang, jumlah daun, jumlah cabang, kedaan
akar, dan biomassa keringnya.
6. Dibuat grafik pertumbuhan setiap
perlakuan.
7. Dianalisis hasil pengamatan dengan uji
secara statistic (ANOVA dan RAL).
8. Dibuat laporan seperti latihan I
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan mengenai percobaan allelopati dengan menggunakan metode pot
telah dapat dilihat pengaruh allelopati yang diberikan terhadap pertumbuhan
tanaman. Dimana digunakan tumbuhan jagung
(Zea mays) serta digunakan
tumbuhan rumput obor (Typha angustifolia) yang dijadikan sebagai penghambat
tumbuhan dari tumbuhan jagung. Dimana biji dari jagung dimasukkan kedalam tiap polybag dengan tanah
sebanyak 1 kg serta dibuat perlakuan sebanyak
7 perlakuan (1 perlakuan kontrol dan 6 perlakuan) dengan 3 kali ulangan
dari tiap polybag. Pada semua perlakuan ditanami 1 biji jagung.
Alelopati merupakan suatu
istilah yang telah lama dikenal, dan
pertama kali digunakan oleh Hans Molisch tahun 1937 berasal dari kata
allelon (saling) dan pathos (menderita).
Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimia secara timbal
balik, merupakan senyawa yang bersifat menghambat maupun memacu antara semua
jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme.
Pada tahun 1974, Rice (dalam Junaedi
et al. 2006) memberikan batasan alelopati sebagai keadaan yang merugikan
yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain, melalui produksi senyawa kimia yang
dilepaskan ke lingkungannya. Pada tahun
1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat pada suatu
tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan rangsangan pada tingkat
konsentrasi yang lain. Di alam terdapat dua jenis alelopati yaitu alelopati
yang sebenarnya dan alelopati yang bersifat fungsional. Alelopati sebenarnya merupakan senyawa kimia
yang dilepaskan oleh tumbuh tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk
senyawa aslinya. Sedangkan alelopati
fungsional merupakan senyawa kimia yang dilepas ke lingkungan sekitarnya,
kemudian bersifat meracun setelah mengalami perubahan yang disebabkan oleh
mikroba tanah. Jenis alelopati tersebut
memiliki kemampuan untuk menghambat kehidupan tumbuhan yang lainnya mulai dari
stadia benih sampai tumbuhan dewasa.
Pada percobaan yang telah
dilakukan selama ± 6 minggu , dimana seminggu sebelumnya tumbuhaan jagung
dibiarkan tumbuh normal dengan diberi perlakuan dengan menyiramnya dengan air
biasa. Namun setelah tumbuhan jagung tumbuh selama 1 minggu, selanjutnya
barulah diberikan ekstrak dari alang- alang untuk melihat pengaruh allelopati
yang terdapat pada tumbuhan jagung tersebut. Dengan 7 perlakuan tersebut,
masing- masing juga diberikan pemberian larutan ekstrak yang berbeda pula. Pada
polybag perlakuan ke-1 (P.O) yakni sebagai kontrol tidak diberikan larutan
ekstrak rumput obor namun
penyiraman menggunakan air biasa (aquades). Kemudian pada perlakuan ke-2 sampai
ke -7 serta pengulangan (P1-P6) masing- masing diberikan larutan dengan
konsentrasi secara berurutan yakni 100% larutan biang, 5 % larutan biang, 10 %
larutan biang, 15 % larutan biang, 20 % larutan biang, dan 25 % larutan biang
sebanyak 50 ml pada masing- masing
polybag.
Maka setelah dilakukan
pengamatan selama ± 6 minggu dilihat bahwa pada tumbuhan jagung yang diberikan
larutan ekstrak alang alang untuk melihat pengaruh allelopati yang terdapat
pada tumbuhan tersebut tidak mengalami penghambatan tumbuhan yang signifikan
sehingga hanya sedikit pengaruh yang terjadi pada tumbuhan jagung yang
diberikan larutan ekstrak tersebut dibandingkan tumbuhan jagung yang diberikan
perlakuan sebagai kontrol.
Kemudian untuk menentukan percobaan
allelopati dengan metoda pot ini digunakan metode persamaan yakni Uji ANOVA
(Analysis of Varience) dengan melihat tinggi batang, lebar dan jumlah daun dari
tumbuhan tersebut.Anova merupakan metode analisis yang bertujuan untuk mengukur
perbedaan antar perlakuan melalui uji F.
Simpulan dan
Saran
Simpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai
percobaan allelopati dengan metoda pot dapat diambil kesimpulan bahwa Alelopati
merupakan senyawa kimia yang dilepas oleh suatu jenis tumbuhan pengganggu
(gulma) yang dapat menghambat atau memacu pertumbuhan tanaman yang tumbuh
bersama pada suatu lahan.
Tumbuhan jagung (Zea
mays) dijadikan sebagai objek percobaan dalam melihat percobaan allelopati
dengan metoda pot. Tumbuhan alang- alang (Imperata
cylindrica) dijadikan sebagai penghambat tumbuhan (ekstrak alang- alang)
sebagai allelopati dari tumbuhan jagung. Ekstrak daun alang-alang tidak berpangaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Terdapat perbedaan
pengaruh yang terjadi pada tiap perlakuan dari setiap konsentrasi larutan
ekstrak yang diberikan. Ekstrak daun alang-alang dengan konsentrasi tinggi umumnya bersifat menghambat pertumbuhan tanaman jagung. Ekstrak daun alang-alang
dengan konsentrasi rendah umumnya
bersifat memacu pertumbuhan tanaman jagung.
Pada tumbuhan jagung yang dijadikan objek pengamatan
yakni tinggi batang, lebar daun dan jumlah daun. Pada pengamatan tidak terdapat
pengaruh yang cukup signifikan antara tumbuhan jagung yang dijadikan sebagai
kontrol dengan tumbuhan jagung yang diberikan ekstrak larutan alang- alang.
Metode persamaan uji ANAVA digunakan untuk menentukan percobaan allelopati
dengan menggunakan metoda pot.
Saran
Pada
praktikum ini perhitungan terhadap tinggi batang, lebar daun dan jumlah daun
haruslah dilakukan dengan teliti begitu juga dengan pengolahan data agar
didapat data yang benar.
Daftar Pustaka
Khair, H, dkk. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Akar Alang – Alang (Imperata Cylindrica L.) Sebagai Herbisida Pratumbuh. Jurnal Agrium, Vol 17 (2): 144-147.
Kristanto, B. A. 2006. Perubahan Karakter Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Akibat Alelopati Dan
Persaingan Teki (Cyperus rotundus
L.). Jurnal Indon Trop, Vol 31(3):
189-194.
Kunarso, A, dkk. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai
Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol 10 (2): 85-98.
No comments: