Tipe-tipe Uterus dan Plasenta
Tipe-tipe Uterus dan Plasenta
Uterus
Types and Plasenta
Sofia Lailatur Rahmah
Universitas Syiah Kuala
Abstrak
Uterus
adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio dan organ ini juga berfungsi
untuk menerima ovum yang telah terjadi fertilisasi. Dalam keadaan tidak hamil
uterus terdapat dalam ruangan uterus pelvis minor diantara vesika urinaria dan
rektum. Plasenta adalah tempat melekatnya embrio ke uterus atau bisa dikatakan
perlekatan antara fetal dengan jaringan induk dan plasenta ini juga tumbuh dari
jaringan proses nidasi. Tujuan praktikum diharapkan setelah melakukan praktikum
mahasiswa dapat mengetahui tipe plasenta dan uterus. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah mikroskop dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah preparat awetan ovarium tikus, kelinci, kambing dan sapi. Dari praktikum yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam tipe uterus
dan plasenta.
Kata Kunci: Uterus, plasenta, plevis minor, fertilisasi.
Abstract
The uterus is a place to growth and development of the embryo and this organ also serves to receive the ovum fertilization. In the non-pregnant
state the uterus are inside minor pelvis uterus between the bladder and rectum. The placenta is a place of attachment of the embryo to the uterus or can
be attachment between the fetal and placental stem tissue is also growing nidation tissue process. The aim is expected after
performing lab practicum students can differentiate between different types of the placenta and uterus. The tools used in this lab is a microscope and
writing equipment. The materials used in this lab is preserved ovarian
preparations rats, rabbits, goats and cows. From the lab that has been done can
be seen that there are various types of the uterus and placenta.
Keywords:
Uterus,Placenta, Aves, Minor Pelvis, Fertilization.
Pendahuluan
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan <16 mg
dengan ruang amnion telah mengisi kavum uteri. Letak plasenta umumnya
didepan/dibelakang dinding uterus agak keras kearah fundus uteri. Karena alasan
fisiologis permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplementasi
(Sumartini,
2008, p.67).
Fetus dalam kandungan dilindungi oleh plasenta dan
selaput ketuban, namun tidak terlepas dari pengaruh buruk zat yang dikonsumsi
induk kecepatan zat menembus barier plasenta tergantung besarnya molekul,
kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasinya (Setyawati, 2011, p.192).
Plasenta pervia merupakan plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internum). Plasenta pervia pendarahan yang terjadi
pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internuum
(Mochtar,
2014, p.273).
Uterus adalah salah satu saluran reproduksi wanita selain
tuba fallopi, serviks dan vagina. Perubahan struktur dan fungsi uterus
ditentukan oleh siklus hormonal wanita. Pada setiap siklus, awalnya fungsi
uterus menyiapkan penerimaan dan transportasi spermatozoa daris erviks ke tuba
fallopi. Bila terjadi pembuahan, pada masa kehamilan, uterus menjadi tempat
tumbuhnya zigot, hingga kelahiran tiba (Agustini, 2008, p.8).
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan dalam yang
disebut endometrium, miometrium yang merupakan lapisan tengah dan perimetrium
yang merupakan lapisan terluar. Lapisan endometrium uterus merupakan lapisan yang
terdiri dari tiga daerah fungsional, yaitu stratum basalis, stratum spogiosum,
dan stratum kompaktum. Stratum spongiosum dan kompaktum disebut juga stratum fungsional.
Stratum fungsional dilapisi oleh epitel berbentuk kubus selapis (tunggal).
Stratum fungsional dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya seara
periodik selama siklus estrus sedangkan siklus basalis relatif tetap dan
bertindak sebagai pembentuk stratum fungsional yang mengalami degenerasi (Sitasiwi, 2010, p.20).
Metode
Waktu dan Tempat
Praktikum
dilakukan di Laboratorium Biologi, Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah) Darussalam Banda Aceh pada tanggal 26 Oktober 2016.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
mikroskop, alat tulis menulis dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan
berupa preparat awetan ovarium tikus, kambing, sapi dan kelinci.
Prosedur
Diambil preparat awetan yang
telah disediakan, diletakkan bahan preparat diatas papan preparat kemudian
letakkan dengan jarum pentul. Diamati setiap bentuk dan bagian-bagiannya.
Ditentukan tipe uterus dari masing-masing preparat. Digambar hasil pengamatan
dan diberi keterangan.
Teknik Pengumpulan
Data
Data ini diambil dengan teknik
pengamatan. Awetan yang telah ada kemudian diamati dibawah mikroskop lalu
digambar pada kertas dan diabadikan dengan kamera seluler.
Hasil
dan Pembahasan
Uterus berfungsi sebagai tempat
perkembangan embrio dan merupakan organ tunggal berongga. Pada manusia
berbentuk seperti buah pir terbalik, serta berukuran panjang 7 cm dan lebar 5
cm dengan diameter 2,3 cm. Uterus terletak diantara rektum dan kandung kemih.
Dinding uterus tersusun dari perimetrium (terluar), myometrium (lapisan tengah
jaringan otot polos), dan endometrium (terdalam). Endometrium mengalami perubahan
selama siklus menstruasi. Endometrium berfungsi sebagai tempat implantasi zigot
dan pertumbuhan janin. Endometrium terdiri atas dua lapisan, yaitu stratum
fungsionalis (mengandung kelenjar dan luruh saat menstruasi) dan stratum
basalis (berdekatan dengan myometrium dan tidak mengalami perubahan selama
siklus menstruasi). Bagian leher bawah uterus disebut serviks.
Uterus
memiliki berbagai macam tipe yaitu tipe dupleks, tipe bipartitus, tipe bikornis
dan tipe simpleks. Pada tipe dupleks uterus berbentuk seperti percabangan yang
terpisah, tipe uterus ini banyak dijumpai pada hewan pengerat atau rodentia.
Pada tipe bipartitus uterus berbentuk percabangan yang berlekatan pada tempat
yang berhubungan dengan vagina. Tipe uterus ini dijumpai pada karnivora. Pada
tipe bikornis uterus berbentuk percabangan yang dihubungkan oleh satu saluran
vagina, tipe ini dijumpai pada ruminantia. Tipe terakhir yaitu tipe simpleks
uterus berbentuk satu rongga besar tanpa percabangan. Tipe ini dijumpai pada
mamalia termasuk manusia.
Gambar
1. Uterus sapi (bikornis)
A B
Gambar
2. A. Uterus Kambing (simpleks) dan B. Uterus kelinci (dupleks)
Gambar
3. Uterus tikus
Pada
praktikum digunakan beberapa uterus awetan yang tersedia yaitu uterus sapi,
uterus kambing, uterus kelinci dan uterus tikus. Untuk uterus kambing memiliki
tipe simpleks, uterus kelinci dan uterus tikus memiliki tipe dupleks dan uterus
sapi memiliki tipe bikornis.
Pada
mamalia, calon individu terbungkus oleh plasenta yang merupakan jaringan tempat
melekat embrio ke uterus. Plasenta ini tumbuh dari jaringan proses nidasi.
Apabila telah terbentuk semua maka plasenta akan terdiri atas chorionicplate,
basal plate, vili dan tali pusat. Tali pusat yang ada pada plasenta ini yang
akan menghubungkan bayi dan juga ibu. Setiap nutrisi akan disalurkan kepada
bayi melalui tali pusat sehingga asupan makanan bayi tidak kurang dan dapat
terus berkembang menjadi calon individu baru. Untuk dapat terus membelah dan
melakukan organogenesis, calon individu membutuhkan energy dan ini dapat
diperoleh jika dia mendapatkan asupan nutrisi.
Tipe
plasenta berdasarkan kedalaman vili: epitelichorial, endotelichorial dan
hemochorial. Tipe plasenta berdasarkan sebaran vili: diffuse, cotyledon, zonary
dan discoidal.
Simpulan
Uterus
berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan merupakan organ tunggal
berongga. Uterus memiliki berbagai macam tipe yaitu tipe dupleks, tipe
bipartitus, tipe bikornis dan tipe simpleks.
Plasenta
merupakan jaringan tempat melekat embrio ke uterus. Plasenta ini tumbuh dari
jaringan proses nidasi. Tipe plasenta berdasarkan kedalaman vili:
epitelichorial, endotelichorial dan hemochorial. Tipe plasenta berdasarkan
sebaran vili: diffuse, cotyledon, zonary dan discoidal.
Daftar
Pustaka
Agustini, Kurnia. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum
L.) Terhadap Perkembangan Uterus Tikus Putih Betina Galur Wistar Prepubertal. Jurnal Sainsdan Teknologi Indonesia. 9(1): 8-16.
Mochtar, R. (2014).
Sinopsis Obsteri Ed: II. Jakarta: EGC.
Setyawati, I. (2011).
Penampilan Reproduksi dan Perkembangan Skeleton Fetus Mencit Setelah
Pemberian Ekstrak Buah Nenas Muda. Jurnal Veteriner. 12(3): 192-199.
Sitasiwi, Agung Janika. (2010). Efek Paparan
Tepung Kedelai dan tepung Tempe Sebagai Sumber Fitoestrogen Terhadap Jumlah
Kelenjal Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus L). Jurnal Anatomi
Fisiologi.
5(1): 17-24.
Sumartini, R.
(2008). Pengaruh Pertumbuhan Plasenta Terhadap Makanan Kurang Bergizi. Jurnal Kebidanan. 3(1): 67-70.
No comments: