Reaksi Uji Karbohidrat dengan Uji Benedict


I.                   Tanggal Praktikum  : 13 Maret 2015
II.                Judul Praktikum       : Reaksi Uji Karbohidrat dengan Uji Benedict
III.             Tujuan Praktikum    :
Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat karbohidrat terhadap beberapa reaksi tertutup.

IV.             Dasar Teori                :
Yusrin (2010: 20 & 22) menjelaskan, “Dalam proses hidrolisa, karbohidrat diubah menjadi gula larut dalam air dilakukan dengan penambahan air dan asam kemudian dilakukan proses peruraian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yaest/ragi. Glukosa adalah suatu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Analisa kualitatif glukosa dengan uji molisch, uji barfoed, uji benedict, dan uji iodin.”

Lebih lanjut Sastrohamidjoyo (2005: 21) menyatakan: Dalam pati terdapat dua bagian, yaitu bagian yang larut dalam air disebut amilosa (10-20%), dan bagian yang tak larut dalam air disebut amilopektin (80-90%). Amilosa dan amilopektin mempunyai rumus empiris (C6H10O5), dan bila dihidrolisis menunjukkan adanya sifat-sifat karbonil, dan pati tersusun atas satuan-satuan maltosa. Bila pati yang terdapat dalam sel dihidrolisis oleh enzim maka pati akan pecah menjadi bagian yang lebih kecil disebut dekstrin.

Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009: 103) bahwa: “Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, seperti yang terdapat pada laktosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.”.

V.                Alat dan Bahan         :
A.    Alat
-          7 tabung reaksi
-          Pipet tetes
B.     Bahan
-          Reagen Benedict: Larutan 173 gram kristal natrium sitrat (NaC6H6O7) dan 100 gram natrium karbonat (Na2CO3) anhidrus dalam 800 mL air. 17,3 gram kupri sulfat (CuSO4) dalam 100 mL air
-          Larutan Glukosa 1%.
-          Larutan Fruktosa 1%.
-          Larutan Sukrosa 1%.
-          Larutan Amilosa 1%.
VI.             Cara kerja                 :
1.       Disediakan 4 buah tabung reaksi, masing-masing tabung tersebut diisikan 5 mL larutan (Reagen Benedict) larutan glukosa 1%, fruktosa 1 %, sukrosa 1%, amilosa 1%
2.       Kemudian kedalam masing-masing tabung tersebut ditambahkan 8 tetes larutan glukosa 1%, fruktosa 1 %, sukrosa 1%, amilosa 1%
3.       Setelah itu tabung dikocok, lalu semua tabung ditempatkan dalam air yang mendidih selama 3 menit, lalu didinginkan
4.       Perhatikan warna endapan yang terbentuk dan bandingkan antar tabung
5.       Bila berbentuk endapan berwarna, menunjukkan hasil uji positif (+), dan jika tidak menunjukkan negatif (-)

VII.          Tabel Pengamatan    :
No.
Bahan Makanan
Direaksikan
Kesimpulan
Sebelum
Sesudah
1.
Amilosa
Biru tosca
Biru tosca
-
2.
Fruktosa
Biru tosca
Merah bata
+
3.
Sukrosa
Biru tosca
Biru tosca
-
4.
Glukosa
Biru tosca
Merah bata
+

Disetujui Asisten Meja          


                        
Pertanyaan :
1.      Larutan apa yang menunjukkan hasil uji positif dan larutan apa yang menunjukkan uji negatif. Bila hasil uji menunjukkan negatif, mengapa?
Jawab:   larutan yang menunjukkan hasil uji positif adalah glukosa dan fruktosa karena larutan glukosa dan fruktosa merupakan karbohidrat yang berikatan sederhana sehingga bisa direduksi oleh benedict. Sedangkan yang menunjukan hasil uji negatif adalah larutan amilosa dan sukrosa karena larutan tersebut tidak memiliki gugus aldehid dan keton bebas. Amilosa dan sukrosa juga merupakan karbohidrat yang tergolong disakarida dan polisakarida yang memiliki ikatan rangkap dan lebih panjang sehingga sulit diputuskan dan tidak bisa direduksi oleh reagent benedict.
2.      Bagaimana reaksi reduksi terhadap Cu dalam uji benedict?
Jawab:                                         reduksi -2
 

O
                  
R – C + 2Cu 2+ + 2OH-                 R – C + Cu2O (s) + H2O (g)


                          OH

                                                                        Oksidasi +2

Reaksi reduksi : Cu2+ + 2e                     Cu
Reksi oksidasi : 2OH-                     2e + H2O

VIII.       Pembahasan              :
Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Prinsip uji benedict adalah bila larutan-larutan tembaga yang basa direduksi oleh karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk kupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah.
Dari hasil kegiatan praktikum dapat dilihat larutan yang menghasilkan uji positif dan uji negatif. Larutan yang di uji yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa dan amilosa. Masing-masing larutan tersebut dimasukkan sebanyak 8 tetes ke dalam tabung reaksi. Kemudian dimasukkan ke dalamnya masing-masing 5 mL larutan benedict setelah itu dimasukkan ke dalam air mendidih selama 3 menit.
Pada mulanya semua larutan berwarna biru tosca, namun setelah dimasukkan ke dalam air mendidih dan diamati perubahannya. Larutan fruktosa yang paling cepat berubah yaitu pada detik ke 52 dan terdapat endapan berwarna orange. Selanjutnya diikuti oleh larutan glukosa pada menit 2.34 dan terdapat endapan berwarna coklat hitam.
Setelah 3 menit diamati larutan yang menunjukkan adanya endapan hanya fruktosa yang memiliki endapan merah bata serta glukosa yang juga memiliki endapan berawarna merah bata. Sedangkan sukrosa dan amilosa tidak terjadi perubahan apa-apa. Ini menunjukkan uji positif benedict hanya terjadi pada glukosa dan fruktosa tidak pada sukrosa dan amilosa.
Sukrosa dan amilosa menghasilkan uji negatif karena tergolong ke dalam disakarida dan polisakarida, serta memiliki ikatan rangkap dan rantai panjang sehingga tidak dapat direduksi oleh reagent benedict. Glukosa dan fruktosa menghasilkan uji positif karena tergolong monosakarida dan memiliki ikatan sederhana yang dapat direduksi oleh reagent benedict.
Larutan sukrosa dan amilosa tidak mengalami perubahan warna karena uji benedict hanya untuk mengetahui karbohidrat pereduksi. Gula pereduksi meliputi monosakarida dan beberapa disakarida. Uji benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid kecuali gugus aromatik dan gugus hidroksi aseton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukan gula tereduksi karena memiliki gugus alfa hidroksi keton maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan maltosa, dalam suasana basa memberikan hasil positif (+) dengan pereaksi benedict.
Uji benedict hanya bekerja pada glukosa dan fruktosa karena larutan tersebut merupakan karbohidrat yang memiliki ikatan sederhana, sedangkan sukrosa dan amilosa memiliki ikatan rangkap rantai panjang dan tergolong disakarida dan polisakarida sehigga tidak bisa direduksi dan dipisahkan dengan reagent benedict.

IX.             Kesimpulan                    :
1.                  Uji benedict adalah uji untuk menentukan adanya gula pereduksi.
2.                  Uji benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali gugus aromatik dan gugus hidroksi keton.
3.                  Uji benedict positif ditunjukkan oleh glukosa dan fruktosa.
4.                  Uji benedict hanya bekerjaa pada glukosa dan fruktosa karena memiliki gugus aldehid dan keton bebas.
5.                  Glukosa dan fruktosa termasuk dalam monosakarida yang dikelompokkan dalam gugus fungsi aldosa dan ketosa.
6.                  Ikatan sederhana pada glukosa dan fruktosa dapat diputuskan dan direduksi oleh reagent benedict.
7.                  Uji benedict negatif ditunjukkan oleh sukrosa dan amilosa.
8.                  Sukrosa dan amilosa memiliki ikatan rangkap sehingga tidak menghasilkan uji positif.
9.                  Ikatan pada sukrosa dan amilosa berupa ikatan rangkap dan rantai panjang.
10.              Ikatan pada sukrosa dan amilosa tidak dapat direduksi oleh benedict sehingga menghasilkan uji benedict negatif.

X.                Daftar Rujukan         :
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Sastrohamidjoyo, K. 2005. Proses Hidrolisis Onggok dengan Variasi Asam pada Pembuatan Etanol. Jurnal Unimus, Vol. 2, No. 3. Hal: 21.

Yusrin. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan Variasi Asam pada Pembuatan Etanol. Jurnal Unimus. Vol. I No. 1. Hal: 20-39.

No comments:

Powered by Blogger.