Penentuan Kadar Klorofil Secara Spektroskopi
Penentuan Kadar Klorofil Secara Spektroskopi
ABSTRAK
Praktikum
ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mempelajari dan memberikan latihan cara
penggunaan spektofotometer. Dimana untuk keperluan ini, penentuan kadar
klorofil adalah salah satu contoh dalam penggunaan Spektofotometer ini.
Spektofotometer yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah BAUSCH &
LOMB SPECTRONIC 20 SPECTROPHOTOMETER. Parameter yang
dianalisis adalah kandungan klorofil a, dan klorofil b, serta klorofil total. Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg
(klorofil b).
Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b
berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian
ditransfer ke pusat reaksi. Salah satu cara untuk dapat
menentukan kadar klorofil adalah dengan metoda spektofotometri. Dari hasil pengukuran dengan
spektrofotometer, daun tengah memiliki kandungan klorofil yang
paling tinggi dibanding daun muda dan daun tua. Sedangkan kadar klorofil
terendah dimiliki oleh daun muda. Karena pada daun muda, daunnya masih berwarna
hijau muda.
Kata
kunci: klorofil, spektrofotometer, daun, dan fotosintesis
LATAR BELAKANG
Klorofil adalah pigmen hijau
fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan Cynobacteria. Nama
"chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno : choloros= green (hijau),
and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi
dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu
proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati),
dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari (Subandi, 2008).
Warna daun berasal dari klorofil,
pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap
klorofil inilah yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam
kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang
terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan oksigen
keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata (Campbell, dkk., 2002).
Kloroplas berasal dari proplastid
kecil (plastid yang belum dewasa, kecil dan hampir tak berwarna, dengan sedikit
atau tanpa membran dalam). Pada umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur
yang tak terbuahi, sperma tak berperan disini. Proplastid membelah pada saat
embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan batang
terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila organ mengandung
kloroplas terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa sering mengandung
beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas mudah dilihat dengan
mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya bias dilihat dengan mikroskop
elektron (Salisbury dan Ross, 1995).
Klorofil pada tumbuhan ada dua
macam, yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil antara struktur kedua
klorofil pada sel keduanya terikat pada protein. Sedangkan perbedaan utama
antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom magnesium (sebagai pengganti
besi) di tengah cincin profirin, serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu
rantai fitol. (Santoso, 2004).
Semua tanaman hijau mengandung
klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total
klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Dalam
daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang
bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus
fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin
porifin-nya. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan
C55H70O6N4Mg (klorofil b) (Subandi, 2008).
Klorofil
a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi
sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke
pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah
menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses
reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan klorofil antara lain gen, bila gen untuk klorofil tidak
ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam
pembentukan klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya.
Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis
klorofil. Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil.
(Subandi, 2008).
Daun dari kebanyakan spesies
menyerap lebih dari 90 % cahaya ungu dan biru, demikian pula untuk cahaya
jingga dan merah. Hampir seluruh penyerapan ini dilakukan oleh pigmen-pigmen
pada kloroplas. Pada membran tilakoid, setiap foton dapat mengeksitasi satu
elektron dari pigmen karotenoid atau klorofil. Klorofil berwarna hijau
merupakan bukti bahwa pigmen ini tidak efektif untuk menyerap cahaya hijau.
Cahaya hijau oleh klorofil dipantulkan atau diteruskan (Lakitan,
2007).
Sel penutup memiliki klorofil di
dalam selnya sehingga dengan bantuan cahaya matahari akan sangat berpengaruh
buruk pada klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan pada sinar kuat akan
tampak berkurang hijaunya. Daun-daun yang terkena langsung umumnya akan tampak
kekuning-kuningan, salah satu cara untuk dapat menentukan kadar klorofil adalah
dengan metoda spektofotometri (Dwijoseputro, 1995).
Spektrofotometri sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi
tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut
tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang gelombang yang diinginkan
akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya spesifikasi melewati banyaknya
panjang gelombang tertentu (Noggle dan Fritz, 1979).
Nama pigmen
|
Warna
Klorofil
|
Klorofil a
|
Kuning -
Hijau
|
Klorofil b
|
Blue - Green
|
Karotin
|
Jeruk
|
Xanthophyll
|
Kuning
|
Penghitungan
kandungan klorofil (mg/L) ditentukan dengan rumus :
Klorofil
a = 1.07 (OD 663) – 0.094 (OD 644)
Klorofil
b = 1.77 (OD 644) – 0.28 (OD 663)
Klorofil
total = 0.79 (OD 663) + 1.076 (OD 644) (Setiari, dkk., 2009).
Klorofil
atau pigmen utama tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai food suplement yang
dimanfaatkan untuk membantu mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas,
detoksifikasi, meredakan radang (inflamatorik) dan menyeimbangkan sistem
hormonal (Limantara, 2007).
Praktikum
ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mempelajari dan memberikan latihan cara
penggunaan spektofotometer. Dimana untuk keperluan ini, penentuan kadar
klorofil adalah salah satu contoh dalam penggunaan Spektofotometer ini.
Spektofotometer yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah BAUSCH &
LOMB SPECTRONIC 20 SPECTROPHOTOMETER. Parameter yang
dianalisis adalah kandungan klorofil a, dan klorofil b, serta klorofil total.
MATERIAL
DAN METODE
A. Alat
dan bahan
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah bayam (Amaranthus sp), aseton 60% dan 80%.
Dan alat yang digunakan berupa mortar dan alu, gelas ukur, labu ukur, tabung
reaksi, spektrofotometer Genesys 10.
B. Metode
Untuk percobaan
pengukuran kadar klorofil dilakukan percobaan mengukur kadar klorofil dari
suatu tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk memperoleh umur yang berbeda ini
diambil patokan :
1.
Daun umur muda diambil daunnya pada pucuk
2.
Daun setengah tua diambil daun nomor 3 dari pucuk
3.
Daun dewasa diambil daun nomor 5 ke bawah
Untuk membandingkan
kadar klorofil dari daun-daun tadi digunakan cara pengukuran yang dilakukan
oleh Arnon (1949) yaitu, 1 gram daun yang masih segar dirajang kecil-kecil.
Rajangan diekstrak dengan aseton 60% sebanyak 100 mL, dengan cara menggerusnya
didalam mortal selama 5 menit. Diyakinkan bahwa semua pigmen klorofil dari daun
telah keluar seluruhnya dan hal ini dapat dilihat dari ampasnya yang berwarna
putih. Ekstrak klorofil disaring dengan saringan Buchner dan selanjutnya
dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml. Penambahan aseton 80% hanya diperlukan
apabila volume ekstrak dalam labu ukur belum mencapai batas 100 ml. Dengan
menggunakan cuvet, Optica Dencity (OD) diukur dari ekstrak dengan menggunakan
panjang gelombang 663 nm dan 645 nm. Konsentrasi klorofil dapat dihitung dengan
rumus Arnon (1949) dengan membandingkan OD pada 663 nm dan 645 nm dalam sel
yang tebalnya 1 cm dengan menggunakan koefisien absorbsi spesifik yang telah
ditentukan oleh Mac Kinner (1941) sebagai berikut :
Klorifil total
(mg/l) = 20,2 D645 + 0.02 D663
Klorofil
a
= 12,7 D663 + 2,69 D645
Klorofil
b
= 22,9 D645 + 0,02 D663
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
1
Jenis Daun
|
λ = 645 nm
|
λ = 663 nm
|
||
Absorban
|
K x ABS
|
Absorban
|
K x ABS
|
|
Daun
muda
|
0,214
|
0,2135
|
0,266
|
0,2661
|
Daun
Tengah
|
0,221
|
0,2206
|
0,553
|
0,5527
|
Daun
Tua
|
0,151
|
0,1506
|
0,317
|
0,3170
|
Tabel
2
Kandungan klorofil
|
Daun muda
|
Daun tengah
|
Daun tua
|
Klorofil a
|
3,95386
|
7,61759
|
4,43209
|
Klorofil b
|
4,90592
|
5,07196
|
3,46424
|
Klorofil total
|
4,32812
|
4,47526
|
3,05654
|
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini dilakukan pengamatan penentuan kadar klorofil pada sayuran bayam (Amaranthus sp)
secara Spektroskopi. Berdasarkan literatur, bayam memiliki kandungan klorofil yang cukup
tinggi yaitu untuk kandungan
klorofil total 23.0222, klorofil a 18.2622 dan klorofil b 4.7700. Kandungan klorofil
ini cukup tinggi dibanding sayuran lain seperti kangkung. Pada praktikum ini dilakukan
pngamatan terhadap tiga jenis daun pada bayam berdasarkan perbedaan umurnya
yaitu daun muda (pucuk daun), daun setengah tua (daun urutan ketiga dari pucuk)
dan daun tua (daun urutan kelima dari pucuk).
Sebelumnya dilakukan ekstraksi pada ketiga jenis daun
tersebut. Selanjutnya menghitung kadar klorofil dengan
menggunakan spektrofotometer. Alat yang digunakan
untuk
mengamati kadar klorofil pada praktikum ini
yaitu Spectronic 20 Spektrofotometer. Prinsip kerjanya adalah menentukan kadar
klorofil dengan spektrum cahaya (panjang gelombang) tertentu yang dipancarkan ke
molekul klorofil didalam alat tersebut. Senyawa tertentu
hanya menyerap foton yang bersesuaian dengan panjang gelombang tertentu dan
oleh karena itu setiap pigmen memiliki spektrum absorbsinya yang unik. Klorofil a
dan klorofil b karena memiliki absorbsi spektrumnya yang kuat pada kisaran panjang gelaobang 600-700 nm. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg)
yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg)
yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap cahaya di
bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600
nm).
a. Daun muda
Daun muda
dari Amaranthus sp umumnya memiliki warna yang lebih muda dibandingkan
dengan daun setengah tua dan daun dewasa serta memiliki kandungan klorofil yang
berbeda-beda. Setelah dilakukan pengukuran terhadap konsentrasi klorofilnya
pada tabel 2 diperoleh klorofil a sebesar 3,95386 mg/l dan klorofil b sebesar 4,90592 mg/l. adapun
klorofil totalnya adalah 4,32812 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa jumlah klorofil terbanyak pada daun muda
adalah klorofil b.
b. Daun setengah tua
Pada daun setengah tua yang berwarna hijau tua ternyata
mengandung klorofil total dengan konsentrasi 4,47526 mg/l dan klorofil a 7,61759 mg/l serta klorofil b 5,07196
mg/l. Dari
hasil tersebut ternyata yang mendominasi adalah klorofil a dengan konsentrasi tertinggi.
Dibandingkan dengan daun muda, jumlah klorofil pada daun setengah tua jauh
lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan secara signifikan pada
jumlah klorofilnya sehingga proses fotosintesis tentunya dapat berjalan lebih
optimal.
c. Daun dewasa
Pada daun dewasa umumnya memiliki warna lebih hijau
tua. Hasil pengukuran konsentrasi klorofil yang terkandung di dalam daun ini
diperoleh untuk klorofil total sebesar 3,05654 mg/l, klorofil a 4,43209 mg/l dan klorofil b 3,46424 mg/l. Jumlah klorofil b lebih kecil dibandingkan dengan
klorofil a. Jumlah klorofilnya jauh lebih kecil dari pada daun
muda dan setengah tua. Hal ini disebabkan oleh penuaan dan sedikit demi sedikit
jumlah klorofil terus berkurang hingga akhirnya daun tersebut gugur (absisi).
Berkurangnya jumlah klorofil menyebabkan efektifitas fotosintesisnya berkurang.
Menurut Subandi (2008), semua tanaman hijau mengandung
klorofil a dan klorofil b. Klorofil a terdapat sekitar 75 % dari total
klorofil. Begitu juga jika klorofil a dijumlahkan dengan klorofil b, hasilnya
berbeda dimana klorofil totalnya lebih besar dari pada hasil yang
didapatkan dengan perhitungan menggunakan rumus perbandingan optical density.
Perbedaan ini mungkin saja terjadi karena adanya pigmen klorofil lain
selain pigmen klorofil a dan b.
Berdasarkan pengamatan pada tabel 2 dapat dilihat bahwa daun tengah mengandung
pigmen klorofil total yang paling tinggi dibanding daun muda dan daun tua.
Sedangkan kadar klorofil total terendah dimiliki oleh daun tua. Akan tetapi,
daun tua memiliki kadar klorofil a yang lebih tinggi dari daun muda. Pada daun
muda, daunnya hijau muda. Warna ini ditentukan oleh klorofil b yang terkandung
didalamnya lebih besar dari daun tua. Sedangkan pada daun tengah daun berwarna
hijau tua. Warna ini ditentukan oleh pigmen klorofil a. Sedangkan untuk daun
yang tua, warnanya juga tidak jauh berbeda dengan daun tengah, karena posisinya
yang masih berdekatan. Untuk daun tua yang warnanya hampir menguning, pigmen
dominan adalah xantofil (Subandi, 2008).
KESIMPULAN
Pengukuran
jumlah klorofil dapat dengan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
BAUSCH & LOMB SPECTRONIC 20 SPECTOPHOTOMETER dan dibutuhkan
keterampilan dan pengetahuan khusus dalam penggunaannya. Pada daun yang masih
muda konsentrasi klorofil masih rendah, sedangkan daun setengah tua sangat
tinggi dan menurun drastis pada daun dewasa akibat penuaan. Tingginya konsentrasi klorofil menunjukkan tingginya penyerapan energi
cahaya oleh daun itu sendiri. Semakain tinggi penyerapan cahaya pada daun
maka semakin maksimal kinerja dalam proses fotosintesisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Dwijoseputro, D. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
Jakarta : Gramedia.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Limantara L. 2007. Mengapa
Kita Butuh Makanan Tambahan / Food Suplemen? (http://pengobatan.wordpress.com/2007/04/14/mengapa-kita-butuh-makanan-tambahanfood-suplemen/) (Diakses tanggal 29 Mei 2011).
Noggle, Ray, R dan Fritzs, J. George. 1979. Introductor
Plant Physiology. New Delhi : Mall of India Private Ilmited.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan
Jilid 2. Bandung : ITB.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan
Jilid I. Bandung : ITB.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu :
Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Setiari, Nintya dan Yulita
Nurchayati.
2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa sayuran Hijau sebagai
Alternatif Bahan Dasar Food Supplement. BIOMA, Juni 2009 Vol. 11, No. 1,
Hal. 6-10 (15 Mei 2011).
Taiz L. and E.
Zieger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc., Publisher.
Sunderland. Massachusetts.
No comments: