Saturday, February 3, 2018

Kurva Species Area (Luas Minimum)



Kurva Species Area (Luas Minimum)


Sofia Lailatur Rahmah

Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
e-mail: sofialrahmah@gmail.com

Abstrak
Praktikum yang berjudul “Kurva spesies area (luas minimum)” ini dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Syiah Kuala pada tanggal 12 November 2015. Tujuan dilakukan praktikum ini ialah untuk menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis. Mula-mula lahan yang ada ditentukan luasnya per habitus yang akan diamati dengan menggunakan tali rafia dan diukur dengan meteran yang disebut plot. Selanjutnya dihitung jumlah spesies yang ada disetiap plot.
Kata Kunci: Kurva, luas minimum, plot.

Abstract
 
Keywords:



PENDAHULUAN
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50% (Puspitojati, 2011: 214).
Istilah “hutan rakyat” tidak disebutkan di dalam UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, tetapi istilah ini identik dengan hutan hak (istilah dalam UU tersebut), yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Keputusan Menteri Kehutanan No. 49/Kpts-II/1997 menyebutkan lebih rinci bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau hak lainnya, dengan luas minimum 0,25 ha serta penutupan tajuk tanaman kayu lebih dari 50% atau jumlah pohon minimum 500 batang/ha (Soendjoto, 2008: 142).
Dengan tujuan memberikan informasi mengenai kondisi vegetasi yang meliputi keanekaragaman, struktur, dan komposisinya. Informasi ini penting sebagai bahan evaluasi pengelola hutan untuk bisa mempertahankan dan bahkan memperbaiki komposisi jenis tumbuhan selayaknya sebagai vegetasi hutan alami. Penelitian dilakukan di dua blok hutan ini dengan metoda petak sampling secara bertingkat. Hasil penelitian diperoleh luas contoh petak minimum dalah (40x40m)baik diblok Waode maupun blok Pengkoak terbilang kurang baik dengan tippe struktur berbentuk huruf U (Hiidayat, 2014: 97).
 Daerah Tingkat II Aceh Tengah merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang cukup potensial dalam wilayah Daerah Istimewa Aceh. Jumlah luas areal dan produksi kopi di daerah ini terus meningkat dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan masing-masing 17,70 persen dan 10,93 persen per tahun (Indra, 2012: 1).
Perluasan areal panen pada dasarnya dapat ditempuh melalui perluasan areal sawah baru dan peningkatan indeks pertanaman. Akan tetapi perluasan areal sawah baru terkendala oleh potensi lahan yang sangat terbatas. Demikian pula perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman dihadapkan pada keterbatasan jaringan irigasi dan debit air (Nazam, 2011: 116).

Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas  Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh pada tanggal 06 November 2016.

Alat dan Bahan
Alat praktikum yang digunakan adalah polybag /ember, plastik berisi tanah, beacker glass, mistar, gelas ukur, gelas piala, mortal, blender, corong penyaring, mangkuk penggerus,kertas saring, pisau/gunting, timbangan dan oven
Bahan praktikum yang digunakan adalah jagung (Zea mays), ekstrak dari rumput obor (Typha angustifolia) dan aquades.
Prosedur
1.    Ditanam benih tanaman dalm pot/polybag. Dibiarkan sampai tumbuh, kemudian masing-masing pot ditinggalkan hanya satu tanaman yang berumur satu minggu.
2.    Dibuat ekstrak akar alang-alang , daun Eupathorium sp, daun akasia, dan daun mimba dengan prosedur sbb:
a.    Dipotong dan haluskan bagian tumbuhan dengan penggerus
b.    Direndam bagian tumbuhan yang telah dihaluskan dalam air aquadest selama 24 jam. Perbandingan antara berat (gram) bagian tumbuhan dengan air masing-masing 1/3 mililiter.
c.    Setelah 24 jam rendaman bagian tumbuhan yang telah dihaluskan  tersebut disaring menggunakan kertas saring. Larutan ini digunakan sebagai larutan biang.
3.    Diencerkan larutan biang tersebut dengan air aquadest sehingga menjadi larutan yang dikehendaki dalam perlakuan percobaan, yaitu sbb:
P1   : Larutan biang
P2   : Larutan konsentrasi 5% dari larutan  biang
P3   : Larutan konsentrasi 10% dari larutan  biang
P4   : Larutan konsentrasi 15% dari larutan  biang
P5   : Larutan konsentrasi 20% dari larutan  biang
P6   : Larutan konsentrasi 25% dari larutan  biang
Po   : Kontrol, tanpa larutan biang
Setiap perlakuan dengan ulangan tiga kali.
4.    Disiram tanaman dengan air secukuonya setiap hari, kemudian selang satu hari penyiraman dilakukan dengan larutan perlakuan sebanyak 50cc (mililiter).
5.    Diamati setiap hari pertumbuhan tanaman (tinggi, batang, jumlah cabang, jumlah daun, ukuran daun, bentuk daun, pertulangan daun, dan pertumbuhan batang). Pengamatan dilakukan selama 6 mibggu, kemudian diamati tinggi batang, jumlah daun, jumlah cabang, kedaan akar, dan biomassa keringnya.
6.    Dibuat grafik pertumbuhan setiap perlakuan.
7.    Dianalisis hasil pengamatan dengan uji secara statistic (ANOVA dan RAL).
8.    Dibuat laporan seperti latihan I

PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai percobaan allelopati dengan menggunakan metode pot telah dapat dilihat pengaruh allelopati yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman. Dimana digunakan tumbuhan jagung  (Zea mays) serta digunakan tumbuhan rumput obor (Typha angustifolia) yang dijadikan sebagai penghambat tumbuhan dari tumbuhan jagung. Dimana biji dari jagung dimasukkan kedalam tiap polybag dengan tanah sebanyak 1 kg serta dibuat perlakuan sebanyak  7 perlakuan (1 perlakuan kontrol dan 6 perlakuan) dengan 3 kali ulangan dari tiap polybag. Pada semua perlakuan ditanami 1 biji jagung.
Alelopati merupakan suatu istilah yang telah lama dikenal, dan  pertama kali digunakan oleh Hans Molisch tahun 1937 berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita).  Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimia secara timbal balik, merupakan senyawa yang bersifat menghambat maupun memacu antara semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme.  Pada tahun 1974, Rice (dalam Junaedi  et al. 2006) memberikan batasan alelopati sebagai keadaan yang merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke lingkungannya.  Pada tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat pada suatu tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan rangsangan pada tingkat konsentrasi yang lain. Di alam terdapat dua jenis alelopati yaitu alelopati yang sebenarnya dan alelopati yang bersifat fungsional.  Alelopati sebenarnya merupakan senyawa kimia yang dilepaskan oleh tumbuh tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa aslinya.  Sedangkan alelopati fungsional merupakan senyawa kimia yang dilepas ke lingkungan sekitarnya, kemudian bersifat meracun setelah mengalami perubahan yang disebabkan oleh mikroba tanah.  Jenis alelopati tersebut memiliki kemampuan untuk menghambat kehidupan tumbuhan yang lainnya mulai dari stadia benih sampai tumbuhan dewasa.
Pada percobaan yang telah dilakukan selama ± 6 minggu , dimana seminggu sebelumnya tumbuhaan jagung dibiarkan tumbuh normal dengan diberi perlakuan dengan menyiramnya dengan air biasa. Namun setelah tumbuhan jagung tumbuh selama 1 minggu, selanjutnya barulah diberikan ekstrak dari alang- alang untuk melihat pengaruh allelopati yang terdapat pada tumbuhan jagung tersebut. Dengan 7 perlakuan tersebut, masing- masing juga diberikan pemberian larutan ekstrak yang berbeda pula. Pada polybag perlakuan ke-1 (P.O) yakni sebagai kontrol tidak diberikan larutan ekstrak rumput obor namun penyiraman menggunakan air biasa (aquades). Kemudian pada perlakuan ke-2 sampai ke -7 serta pengulangan (P1-P6) masing- masing diberikan larutan dengan konsentrasi secara berurutan yakni 100% larutan biang, 5 % larutan biang, 10 % larutan biang, 15 % larutan biang, 20 % larutan biang, dan 25 % larutan biang sebanyak 50 ml  pada masing- masing polybag.
Maka setelah dilakukan pengamatan selama ± 6 minggu dilihat bahwa pada tumbuhan jagung yang diberikan larutan ekstrak alang alang untuk melihat pengaruh allelopati yang terdapat pada tumbuhan tersebut tidak mengalami penghambatan tumbuhan yang signifikan sehingga hanya sedikit pengaruh yang terjadi pada tumbuhan jagung yang diberikan larutan ekstrak tersebut dibandingkan tumbuhan jagung yang diberikan perlakuan sebagai kontrol.
Kemudian untuk menentukan percobaan allelopati dengan metoda pot ini digunakan metode persamaan yakni Uji ANOVA (Analysis of Varience) dengan melihat tinggi batang, lebar dan jumlah daun dari tumbuhan tersebut.Anova merupakan metode analisis yang bertujuan untuk mengukur perbedaan antar perlakuan melalui uji F.

Simpulan dan Saran
Simpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai percobaan allelopati dengan metoda pot dapat diambil kesimpulan bahwa Alelopati merupakan senyawa kimia yang dilepas oleh suatu jenis tumbuhan pengganggu (gulma) yang dapat menghambat atau memacu pertumbuhan tanaman yang tumbuh bersama pada suatu lahan.
Tumbuhan jagung (Zea mays) dijadikan sebagai objek percobaan dalam melihat percobaan allelopati dengan metoda pot. Tumbuhan alang- alang (Imperata cylindrica) dijadikan sebagai penghambat tumbuhan (ekstrak alang- alang) sebagai allelopati dari tumbuhan jagung. Ekstrak daun alang-alang tidak berpangaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Terdapat perbedaan pengaruh yang terjadi pada tiap perlakuan dari setiap konsentrasi larutan ekstrak yang diberikan. Ekstrak daun alang-alang dengan konsentrasi tinggi  umumnya bersifat menghambat pertumbuhan  tanaman jagung. Ekstrak daun alang-alang dengan konsentrasi rendah  umumnya bersifat memacu pertumbuhan  tanaman jagung. 
Pada tumbuhan jagung yang dijadikan objek pengamatan yakni tinggi batang, lebar daun dan jumlah daun. Pada pengamatan tidak terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara tumbuhan jagung yang dijadikan sebagai kontrol dengan tumbuhan jagung yang diberikan ekstrak larutan alang- alang. Metode persamaan uji ANAVA digunakan untuk menentukan percobaan allelopati dengan menggunakan metoda pot.
Saran
Pada praktikum ini perhitungan terhadap tinggi batang, lebar daun dan jumlah daun haruslah dilakukan dengan teliti begitu juga dengan pengolahan data agar didapat data yang benar.

Daftar Pustaka
Khair, H, dkk. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Akar Alang – Alang (Imperata Cylindrica L.)  Sebagai Herbisida Pratumbuh. Jurnal Agrium, Vol 17 (2): 144-147.

Kristanto, B. A. 2006. Perubahan Karakter Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Akibat Alelopati Dan Persaingan Teki (Cyperus rotundus L.). Jurnal Indon Trop, Vol 31(3): 189-194.

Kunarso, A, dkk. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol 10 (2): 85-98.

No comments:

Post a Comment